Jumhur Hidayat: Pemerintah Harus Selamatkan Manufaktur, Jangan Tunggu PHK Massal

Bekasi (IndonesiaXpos) — Ketua Umum KSPSI, Moh Jumhur Hidayat, mengingatkan pemerintah agar segera turun tangan menyelamatkan sektor manufaktur yang kini tengah terpuruk. Ia menegaskan, jika situasi ini dibiarkan tanpa langkah nyata, gelombang PHK massal hanya tinggal menunggu waktu.

“Pemerintah harus selamatkan manufaktur, jangan tunggu PHK massal terjadi,” kata Jumhur dalam sambutannya pada Seminar Industri Manufaktur Nasional 2025 di Grand Travello Hotel, Bekasi, Jumat (3/10).

Sektor manufaktur, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional, kini berada dalam tekanan berat. Meski masih menyumbang 18,67 persen terhadap PDB pada kuartal I 2025, tanda-tanda pelemahan kian nyata. Purchasing Managers’ Index (PMI) terus terperosok di bawah angka 50 sejak April hingga Juli, sementara klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) melonjak 32,1 persen dengan lebih dari 42 ribu kasus pada semester pertama tahun ini.

Jumhur menilai, pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk membalikkan keadaan. Ia bahkan menantang Menteri Ketenagakerjaan agar berani menjadi “provokator” di kabinet.

“Pembatasan impor dan dorongan terhadap produksi nasional adalah kunci. Ini bukan hanya soal mencegah PHK, tapi juga membuka lapangan kerja baru. Produsen, konsumen, modal, tenaga kerja, bahkan bahan baku semua dari kita. Inilah ekonomi berdikari yang digagas Bung Karno,” ujarnya.

Ketua DPD FSP LEM SPSI Jawa Barat, M. Sidarta, menegaskan keprihatinan buruh terhadap kondisi tersebut. Sejak Agustus lalu, serikat pekerja telah memantau sejumlah perusahaan dan menemukan penurunan produksi secara nyata. “Seminar ini bukan sekadar diskusi, tapi akan menghasilkan laporan yang langsung kami sampaikan kepada Presiden,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Ketenagakerjaan Prof. Yassierli mengingatkan bahwa tantangan ketenagakerjaan ke depan semakin berat.

“Isu ketenagakerjaan bukan sekadar soal upah, melainkan bagaimana menyiapkan SDM unggul. Kolaborasi pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha mutlak diperlukan,” katanya.

Yassierli juga menyampaikan proyeksi bahwa 50 persen jenis pekerjaan saat ini akan hilang dalam 10 tahun ke depan.

“Reskilling dan upskilling harus menjadi prioritas. Kapasitas kita bisa melatih sejuta orang per tahun, meski saat ini baru sepertiganya. Dengan SDM yang kuat, insyaallah Indonesia mampu menghadapi tantangan masa depan,” tambahnya.

Selain Jumhur dan Menaker, seminar ini juga menghadirkan sejumlah narasumber penting seperti Dr. M. Rizal Taufikurrahman (Ekonom INDEF), Bob Azam (APINDO), Ir. H. Arif Minardi (Ketua Umum DPP FSP LEM SPSI), serta Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA (Kemenaker).

Seminar ini menjadi momentum kolaborasi antara buruh, akademisi, pengusaha, dan pemerintah untuk mencari solusi menyelamatkan sektor manufaktur agar industri tetap bertahan dan buruh tidak menjadi korban krisis ekonomi.
(Fit)

Komentar